Wahai adikku para calon jurnalis.
Aku mengabadikan momen ini 4 tahun
yang lalu, saat mengikuti pelatihan menulis berita. Pemateri adalah jurnalis
senior Majalah Tempo, sayang kulupa namanya. Kata beliau, “jurnalis itu satu
kaki di surga, kaki lainnya di neraka.” Tulisan yang mengantarkan kepada kebaikan
akan membawanya ke surga. Sebaliknya, tulisan yang keji akan mengantarnya ke
neraka.
Dunia jurnalisme mengenal pepatah
lama: “Bad news is good news.” Semakin
buruk suatu peristiwa/keadaan, khalayak ramai akan semakin tertarik membaca berita
itu. Tentu saja makin banyak dibaca makin “cuan.”
Kita berada di era digital, dimana portal
berita mengejar click-bait, strategi
untuk meningkatkan jumlah audiens pada sebuah konten. Strategi ini biasanya
berupa judul yang menarik perhatian, bahkan kadang provokatif. Jika digunakan
dengan bijak dan tidak berlebihan, click-baik
sebenarnya tidak buruk. Tapi kita juga berada di tengah masyarakat yang tingkat
literasinya masih menjadi PR bersama. Banyak pembaca yang merasa sudah puas membaca
judul, dan malas membaca konten secara utuh. Sehingga click-bait membuat pembaca tersesat dan gagal paham.
Kembali ke soal materi, saat itu beliau
mengupas 5 nilai yang harus dipegang oleh
para jurnalis:
1.
Kebenaran
Jurnalis
hanya boleh menyampaikan fakta yang benar terjadi. Tidak boleh menambah atau
mengurangi materi.
2.
Keadilan
Jurnalis harus mengambil posisi netral,
tidak condong ke pihak manapun. Ia juga wajib melakukan “cover both side,” menyajikan informasi dari semua pihak terkait.
3.
Kemerdekaan
Jurnalis adalah pihak independen, tidak
terpenjara oleh dominasi pihak lain. Harus tahan suap dari penguasa atau
tekanan dari pemasang iklan.
4.
Akuntabilitas
Jurnalis harus bisa mempertanggungjawabkan
semua yang ia tulis. Data-data yang menjadi dasar tulisan harus disimpan
baik-baik, berjaga seandainya suatu saat diperlukan.
5.
Kemanusiaan
Pembaca maupun penulis berita adalah
sama-sama manusia. Menghormati dan menghargai sesama adalah sikap yang harus dipelihara ketika
jurnalis menyampaikan berita.
Wahai adikku para calon jurnalis, penamu adalah pedang. Sampaikan fakta secara utuh. Salah katakan salah, benar tuliskan benar. Bayangkan jika tulisanmu mengakibatkan para pembacamu ramai-ramai menusukkan pedang ke pihak yang kau tuduh, sedangkan ia seharusnya tidak bersalah. Bawalah rejeki halal ke anak istrimu dengan menyampaikan fakta yang benar, adil, merdeka, akuntable, dan mengedepankan hati nurani.
Salam
sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar