Kapal motor yang kami tumpangi mampu mengangkut 10-15 penumpang. Tentu saja kami harus mengatur posisi duduk agar kapal seimbang. Tak ada peralatan keselamatan di kapal ini. Jasa antar jemput kapal kami bayar seharga Rp500 ribu untuk seharian.
Sampai di dermaga Samalona, plang selamat datang menyambut kami. Terpampang logo Direktorat Jenderal Pajak di papan itu. Ternyata Kanwil DJP Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara pernah mengadakan aksi sosial di pulau ini pada tanggal 28 Juli 2022. Aksi Pajak Peduli Lingkungan dilaksanakan dalam rangka Hari Pajak yang diperingati setiap tanggal 14 Juli.
Pasir halus berwarna putih menjadi pembatas area pulau dengan laut yang jernih. Rombongan ikan dapat dilihat dengan jelas, sehingga mudah ditombak atau dijaring. Kami menjumpai sebuah keluarga yang sedang membakar ikan ayam-ayam (balistidae) dan cumi berukuran besar, hasil dari menombak. Sedap sekali baunya.
Sembari duduk di saung, kami memesan pisang Peppe, pisang goreng khas Makassar yang disajikan dengan sambal terasi. Awalnya terasa aneh di lidah saya, tapi lama-lama enak juga. Disajikan panas-panas sebagai teman kopi hitam. Apalagi makan bersanding dengan belahan jiwa. Ahayy nikmatnyaa.
Selain cemilan, kita bisa memesan makanan besar dengan lauk-pauk lengkap. Penduduk setempat membuka warung makan dengan menu andalan ikan dan hasil laut lainnya. Ikan bisa dimasak dengan bumbu pallumara, pallukaloa, parape, dst.
Seperti lazimnya pantai wisata lain, dermaga Samalona menjadi spot foto terbaik. Latar belakang birunya air laut yang memantulkan cahaya surya menjadi favorit pengunjung. Di sini kami juga menyaksikan anak-anak lokal berlompatan turun ke laut, memamerkan kemampuan berenang mereka yang tentu tak diragukan lagi. Mereka menggoda rombongan ikan sehingga tercerai berai. Anehnya, sekian detik kemudian para ikan itu berkumpul kembali. Insting dari Sang Pencipta, agar mereka dapat membela diri bersama-sama.
Beberapa wisatawan asing tampak menghuni beberapa penginapan sederhana di pulau ini. Pasokan listrik berasal dari genset, karena tidak mungkin listrik PLN sampai ke tempat ini. Warung serba ada menyediakan kebutuhan para pelancong. Barang-barang kebutuhan dikirim melalui kapal, sehingga harganya cukup mahal karena ditambah harga solar sebagai bahan bakar kapal motor.Penyewaan peralatan snorkeling tampak berjajar di pinggir pantai. Satu set alat yang terdiri dari masker, cerobong udara (snorkel), fins (sepatu katak), dan jaket pelampung disewakan dengan harga Rp150 ribu. Khabarnya terumbu karang dan biota laut di sekitar pulau ini sangat indah, sehingga penyewaan alat snorkeling ini laris manis diserbu pengunjung.
Kami berjalan kaki mengelilingi pulau. Tampak bendera merah putih terpasang di pinggir pantai. Ia berkibar dengan gagah ditiup angin laut, seolah sedang berkata: tempat indah ini milik Indonesia, wajib kau jaga. Kamipun bergiliran mengambil foto disamping Sang Saka. Ada rasa haru menyeruak di dada.
See you next time, Samalona
Jadi ingin plesir ....
BalasHapus